JEJAK HISTORI SYEIKH ABU MADYAN AL MAGHRIBI MAHAGURU PARA WALI QUTHUB
"JEJAK HISTORI SYEIKH ABU MADYAN AL MAGHRIBI MAHAGURU PARA WALI QUTHUB"
Nama lengkap beliau ialah Syeikh Abu Madyan ibnu al Hussein al Anshory al Andalusy. juga dikenal sebagai Abu Madyan Shu'ayb Al-Ghawth, atau Ab? Madyan, atau di Barat lebih dikenal Sidi Bou-Mediene, atau Sidi Abu Madyan Shuayb ibn al-Hussein al-Ansari, adalah seorang mistikus Andalusia paling berpengaruh di Barat dan guru sufi ternama di Andalusia (spanyol).
Barangkali bagi kita yang menetap di kawasan Asia Tenggara tak banyak mengenal wali besar dari kawasan Barat eperti Syeikh Abu Madyan al Maghribi r.a., kerana pengaruh Syekh Abdul Qadir Jailani yang hidup sezaman dengannya lebih dominan di sini. Sesungguhnya Syeikh Abu Madyan adalah salah satu Guru Besar dan tokoh penting dalam sejarah dunia Tasawuf yang membentuk lansekap ruhani di kawasan Maghribi.
Syeikh Abu Madyan, yang diyakini menempati peringkat Qutb al-Awliya al-Ghauts al-Adhim, juga diakui sebagai Syaikh al-Masyayikh atau Syeikhusy Syuyukh yaitu Maha guru nya para Guru.
Beliau hidup sezaman dengan Wali agung lainnya, seperti Syekh Ibnu ‘Arobi r.a. dan bahkan Ibn Arabi berguru kepadanya secara spiritual, kerana keduanya tidak pernah bertemu secara fisik – tetapi Syekh Ibn ‘Arabi sempat menziarahi makamnya di Tlemcen. Juga sezaman dengan Syeikh Ahmad ar Rifa'i r.a.
Syekh Abu Madyan r.a. ini juga mempunyai murid lain yang kelak juga menjadi Qutub, Syekh ABDUS SALAM IBN MASYISY, guru dari Syekh Abu Hasan Syadzili, pendiri tarekat Syadiziliyyah.
Syeikh Abu Madyan r.a boleh dikatakan telah membentuk kecenderungan utama aliran Tasawuf di kawasan Maghribi.
Syekh Abu Madyan pertama kali dibai'at ke jalan Sufi oleh Syekh Abdullah al-Daqaq, seorang sufi eksentrik yang sering berkeliaran di jalan-jalan dan berteriak mengaku-aku dirinya Wali Allah, dan oleh Syekh Abu Hasan al-Salawi, seorang sufi misterius. Kepada Syekh al-Daqqaq, seorang Wali Allah yang aneh dan luar biasa, Abu Madyan mendalami kandungan kitab Tasawuf penting, ar-Risalah karya ABU AL-QASIM AL-QUSYAIRI.
Syekh Abu Madyan juga berteman dan berguru kepada Syekh AHMAD RIFA’I, seorang Wali Qutub pendiri Tarekat Rifa’iyyah di Irak. Meski disebut-sebut ketenaran dan signifikansinya sejajar dengan Syekh Abdul Qadir Jailani, Syekh Abu Madyan mengakui dan tunduk pada ucapan syatahat Syekh Abdul Qadir Jailani, “Kakiku berada di atas bahu Awliya Allah” dan salah satu riwayat mengatakan beliau menerima ijazah ruhaniah dari Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
Melalui jalur Abu Madyan inilah di kawasan maghribi muncul sufi-sufi besar yg menjadi poros2 utama kewalian di kawasan maghribi dan sekitarnya.
KAROMAH SYEIKH ABU MADYAN IKUT PERANG SALIB
Beliau adalah salah seorang tokoh tasawuf dan wali Allah yang bergelar Quthubul Ghautsil fardil Jaamii`i yang namanya sangat terkenal di dunia Islam. Beliau wafat pada tahun ( 580 M ), dan dimakamkan di Rabitatul ‘ibad, di kota Talmasan, Aljazair.
Mengenal karomah beliau, salah satunya adalah sebagai berikut pada suatu ketika, terjadilah peperangan antara kaum Muslimin dan tentara salib di daerah Maroko.
Dalam peperangan tersebut barisan kaum Muslimin terdesak, sehingga terpaksa sebagian dari mereka melarikan diri. Saat itu Syekh Abu Madyan yang tidak ikut berperang pergi ketengah padang pasir, di iringi oleh santri – santrinya sambil menghunus pedang, kemudian duduk dionggokan pasir, seolah – olah menunggu sesuatu yang akan datang.
Benarlah, tiba – tiba datanglah segerombolan babi. Melihat hewan – hewan itu berdatangan, dengan tangkas Syekh Abu Madyan maju dan menebaskan pedangnya kesana kemari, sehingga banyak babi yang terbunuh.
Ketika salah seorang muridnya menanyakan kenapa dia membunuh babi – babi itu, sang wali menjawab ; “ Segerombolan babi itu tak lain adalah barisan tentara salib yang dikalahkan oleh Allah.
Apa yang dikatakan syekh itu dicatat tanggal kejadiannya oleh seorang muridnya. Tidak berapa lama, setelah kejadian tersebut, pasukan Islam yang mendapatkan kemenangan datang kepada syekh abu madyan sambil mencium kaki dan tangannya.
Kata salah seorang diantara mereka, “ kalau Syekh Abu Madyan tidak hadir di medan perang, pasti barisan kaum Muslimin kalah. Anehnya, setelah peperangan selesai, kami tidak melihat keberadaan Syekh,”
Kejadian lain misalnya, pada suatu hari syekh pergi ke bukit Al-Khawakib untuk minum susu dari seekor kijang yang setiap hari mendatangi beliau di tempat yang sama yang mengherankan hari itu sang kijang senantiasa menghindar. Berkali – kali Syekh berusaha mendekati kijang tersebut untuk mengambil susunya, namun selalu gagal.
Akhirnya dia mengingat – ingat, dosa apakah gerangan yang telah diperbuatnya sehingga kijang itu tak mau mendekat. Tidak berapa lama dia mengingat bahwa di kantongnya masih ada uang diham yang belum disedekahkan.
Maka dengan segera syekh melemparkan uang itu ke tanah. Dengan izin Allah, sang kijang kembali menjadi jinak sehingga air susunya dapat diperah dengan mudah.
Demikianlah, wallohu 'alam bishowab...