Orang miskin tidak bisa sekolah disini

Orang miskin tidak bisa sekolah disini, hanya kalangan bangsawan dan priyayi.


Sekolah elit zaman penjajahan Belanda ketiga adalah STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen). Sekolah ini berperan penting dalam pergerakan perjuangan bangsa Indonesia. STOVIA merupakan Sekolah untuk pendidikan kedokteran bagi rakyat pribumi pada zaman Hindia Belanda.


Pelopornya adalah sekolah Dokter Djawa .Sekolah Dokter Jawa sendiri dibuka pada tahun 1851. Sekolah dokter jawa berdiri atas dasar pertimbangan untuk,mendirikan sekolah khusus petugas vaksin untuk penanganan wabah cacar di sepanjang pantai utara pulau jawa dan wilayah karesidenan Banyumas.


Tujuan STOVIA didirikan adalah untuk mencetak tenaga medis di di daerah . Selain itu pula bertugas di rumah sakit tentara Batavia. Pada awalnya pendidikan di STOVIA diwajibkan mengenakan pakaian daerah, baju, kain, blangkon, dan tanpa alas kaki


Bahasa pengantar dalam proses pembelajaran di sana menggunakan bahasa belanda. Sehingga para muridnya harus ikut kursus dari sekolah angka satu,yaitu golongan priyayi.


Dalam perkembangannya, stovia menjadi sekolah yang mendidik dokter bumiputera dan bukan hanya dokter jawa. Gedung stovia awalnya terletak di hospitaalweg, kemudian pada 5 juli 1920 semua pendidikan dipindahkan ke Salemba yang sekarang lebih dikenal masyarakat dengan nama Fakultas Kedokteran Universitan Indonesia.


Sementara bangunan hospitaalweg dipakai untuk asrama siswa. Penggunaan gedung STOVIA sebagai tempat kegiatan pembelajaran berakhir setelah pendudukan jepang ada 1942.