SEJARAH HUTAN LALI JIWO, GUNUNG ARJUNO

SEJARAH HUTAN LALI JIWO, GUNUNG ARJUNO


Hutan Lali Jiwo saat ini terletak di lereng Gunung Arjuno, yang wilayahnya masuk di 2 Kabupaten yaitu Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Malang. Nama Lali Jiwo menurut sejarah dicetuskan oleh Duncan de Clonie MacLennan, seorang berkebangsaan Skotlandia yang mendirikan sebuah Resor (tempat peristirahatan) yang lokasinya sekarang diperkirakan berada di sekitar Lembah Kidang di lereng Gunung Arjuno. Awalnya MacLennan akan memberi nama  'Vergeet uw Ziel' dalam bahasa belanda, atau 'Forgotten Soul' dalam bahasa inggris. 


Namun akhirnya MacLennan berubah pikiran dan menggunakan bahasa lokal sehingga diterjemahkannya menjadi 'Lali Djiwa', atau jiwa yang terlupakan (bukan diartikan sebagai 'lupa diri'), karena lokasi pondokannya yang sangat terisolir dan seakan terlupakan.


MacLennan mempromosikan Lali Djiwo sebagai tempat wisata berburu untuk warga kulit putih di Surabaya. Seperti tertulis dalam Koninklijke Paketvaart Maatschappij - sebuah perusahaan biro perjalanan Belanda - Tahun 1903, dituliskan.


"Kami menunggang kuda ke Lali Djiwa, sekitar empat jam jalan kaki dari Tretes. Dari sana kami berjalan kaki mendaki ke kawah Gunung Arjuno. Perjalanan kembali tidak butuh waktu lama, sehingga kami bisa mencapai hotel di Prigen sebelum gelap. Jika banyak waktu, datanglah dan menginap di Lali Djiwa sebelum sore dan nikmati indahnya matahari terbenam. pada dini hari jam tiga pagi, naiklah ke puncak gunung diterangi cahaya bulan dan obor untuk menikmati indahnya matahari terbit."


Maclennan dan istrinya Anna Kovacic seorang penari asal Austria akhirnya menetap di pondok Lali Djiwo hingga akhir hayatnya di tahun 1929.


Sangat disayangkan resor yang dulu sangat populer pada masa Hindia Belanda ini sekarang menyisakan malah cerita mistis yang menjadikan Lembah Kidang terkesan menjadi tempat yang angker dan sering menyesatkan pendaki. Menurut informasi yang beredar pondok Lali Djiwo ini masih sempat terlihat pada akhir 80an dan akhirnya dihancurkan warga setelah menjadi sarang Maling.


Munculnya cerita dan mitos angker negatif yang berkembang di alas Lali Jiwo tentu sangat disayangkan, meskipun disisi lain isu itu memberi dampak positif yaitu terjaganya keasrian dari hutan lali jiwo terutama di sekitar lembah kidang yang sekarang ini menjadi tempat minum Rusa liar dan hewan2 yang ada di sekitar alas Lali Jiwo. Semoga kedepan tempat ini masih tetap terjaga kelestariannya.