Lawa Mori

LAWA MORI, PINTU PERADABAN BIMA


Abad 15 masehi mulai ramainya perdagangan laut, kerajaan-kerajaan Kristen paska perang salib mulai berlomba menjelajah negeri-negeri rempah di Asia. Terutama buah pala.


Selain rempah, komoditas perdagangan yg ramai adalah kuda. Di timur Hindia dengan nama peta Cinboada, terdapat dua port (pelabuhan) penyuplai kuda-kuda yg bagus dan kuat yaitu Bima dan Kore.


Jan Pieterszoon Coen, seorang Betaven veteran perang salib dalam catatan pelayarannya menulis jalur Bima Kore mempunyai komoditi kuda yg sangat baik-baik.


Dahulu ada dua tempat persediaan kuda-kuda Bima yaitu diwilayah godo dan talabiu, disuplai di pelabuhan Lawa Mori. 


Sejak dimulainya Lawa Mori, peradaban Bima juga mulai dicatat oleh tinta-tinta para pelaut. Dimulai dari Tome Pires, Coen, Valentyn hingga Elbert.


Lawa Mori merupakan pelabuhan paling tua di Bima, digunakan sejak era kerajaan kuno Bima. Lawa sendiri dalam bahasa Bima berarti gerbang yg diambil dari bahasa sansekerta. Oleh orang Bima pelabuhan disebut Lawa karena merupakan gerbang ekonomi dan budaya.


Selain Lawa Mori ada pelabuhan Lawa Duwe yg berarti yg memiliki gerbang. Komoditas suplainya adalah lilin dan kain.