SABUN Warisan Peradaban Islam

*SABUN : Warisan Peradaban Islam*


Perkembangan ilmu kimia dan gaya hidup bersih umat Muslim pada abad ketujuh membuahkan salah satu penemuan penting bagi kehidupan manusia modern. Ilmuwan Muslim asal Andalusia (Spanyol) yang bernama Muhammad bin Zakaria Ar-Razi adalah orang pertama yang berhasil meracik formula Sabun yang kita gunakan hingga hari ini.

"Sabun yang kita kenal hari ini adalah warisan dari peradaban Islam," papar Ahmad Y al-Hassan dalam bukunya, Technology Transfer in the Chemical Industries. Setelah formula dasar didapatkan, bermunculan pengusaha-pengusaha di beberapa kota Islam seperti Nablus (Palestina), Kufah (Irak), dan Basrah (Irak).

Bahan dasar sabun saat itu terbuat dari nabati, seperti minyak zaitun serta minyak aroma. Kedua bahan tadi pertama kali diproduksi para kimiawan Muslim di era kekhalifahan. Bahkan, formula utama pembuatan sabun tak pernah berubah, hanya bahan kimia sintetis yang menggantikan beberapa komponen dasar.

Resep pembuatan sabun di dunia Islam juga telah ditulis seorang dokter terkemuka dari Andalusia, Spanyol Islam, Abu al-Qasim al-Zahrawi alias Abulcassis (936-1013 M). Ahli kosmetik ini memaparkan tata cara membuat sabun dalam kitabnya yang monumental : al-Tasreef.

Selain itu, resep pembuatan sabun yang lengkap tercatat dalam sebuah risalah bertarikh abad ke-13 M. Manuskrip itu memaparkan secara jelas dan detail tata cara pembuatan sabun. Fakta ini sekaligus menunjukkan betapa dunia Islam telah jauh lebih maju dibandingkan peradaban Barat. .

Peradaban Barat baru menguasai pembuatan sabun pada abad ke-18 M, M. RJ Forbes (1965) dalam bukunya Studies in Ancient Technology menyatakan, jika campuran yang mengandung sabun telah digunakan di pusat peradaban Mesopotamia. Tapi bentuknya belum sempurna, hanya terdiri atas bahan detergen. Penemuan sabun yang tergolong modern memang baru diciptakan pada masa kejayaan Islam.