WEDANG RONDE

WEDANG RONDE. 


Adalah minuman hangat beraroma jahe dengan isian kacang tanah, dan bahan lain yang terkenal berasal dari Etnis Jawa khususnya dari Yogyakarta. 


Wedang Ronde ini punya sejarah yang menarik. Usut punya usut ternyata minuman ini berasal dari China. Di China minuman ini dikenal dengan nama Dongzhi atau Tangyuan. 


Dalam kitab Negara Kertagama dan kitab-kitab lainya milik Majapahit tidak ada satu pun yang membahas tentang minuman wedang Ronde ini. Hal ini membuktikan bahwa pada masa Majapahit, yakni mulai tahun 1200-an sampai tahun 1500-an tidak ada minuman ini. Ini menguatkan bahwa minuman ini bukanlah produk asli nusantara. 


Sedangkan di China, minuman hangat ini sudah ada sejak zaman dinasti Qin yang berkuasa jauh sebelum Masehi. Disebut sebagai minuman DONGZHI karena merupakan sajian khas saat festival Dongzhi, Festival ini adalah tradisi untuk menghormati titik balik matahari musim dingin dalam budaya Tionghoa.


Ini merupakan perayaan paling terakhir dalam penanggalan Imlek dan melibatkan berbagai kegiatan. Masyarakat Tionghoa akan melakukan berkumpul bersama keluarga, sembahyang bersama dan menikmati minuman ini. Oleh karena minuman ini disebut juga Tangyuan yang artinya semacam reuni atau kumpul keluarga. 


Hangatnya minuman Dongzhi, merupakan simbol hangatnya keluarga. Kemudian aneka isian yang beragam seperti kacang tanah, roti, bulatan-bulatan, dan bahan lainya adalah simbol keberagaman kondisi keluarga, ada yang miskin, kaya, sedang sedih atau gembira. Tapi, semuanya bersatu memberikan rasa yang spesial. 


Minuman Dongzhi mulai dikenalkan lewat seorang warga Tionghoa yang datang ke kota Yogyakarta sekitar tahun 1800-an atau pada abad ke-19.


Ia membuka usaha minuman hangat ini di kawasan ini. Ia memodifikasi bahan-bahan minuman ini menyesuaikan dengan bahan-bahan yang mudah ditemukan di Yogyakarta seperti jahe, gula merah, dan kacang tanah Jogja yang agak berbeda dengan kacang tanah seperti di China. 


Keunikan dan cita rasanya segera menarik perhatian warga setempat, dan seiring berjalannya waktu, minuman ini menjadi semakin populer. Termasuk pada kaum kolonial Belanda yang saat itu masih menguasai Yogyakarta. Orang Belanda menyebutnya sebagai minuman Rondje. Rondje itu artinya bulat atau putaran. Ya karena isi yang berbentuk bulat itu tampak dominan dari yang lainya. Kemudian oleh lidah orang lokal kata Rondje diucapkan Ronde. Kemudian ditambahkan kata Wedhang Ronde. Wedhang sendiri berarti air atau minuman.