Sejarah Firaun Mesir yang Berawal dari Menes dan Berakhir pada Cleopatra
Sejarah Firaun Mesir yang Berawal dari Menes dan Berakhir pada Cleopatra
Firaun merupakan kepala negara dan pemimpin agama bagi masyarakat Mesir kuno. Dalam bahasa Inggris Firaun disebut juga "Pharaoh".
Dilansir dari detikEdu yang mengutip World History Encyclopedia, kata Pharaoh berasal dari bahasa Mesir pero atau per-a-a. Kata itu sebutan bagi kediaman raja yang berarti "Rumah Besar".
Bagi penduduk Mesir Kuno, Firaun dianggap sebagai setengah manusia dan setengah dewa. Lantas siapa Firaun pertama dan terakhir di Mesir?
Lebih dari 3.000 tahun Sebelum Masehi (SM), wilayah Mesir terbagi dua. Bagian selatan disebut Mesir Hulu atau Mesir Atas, lalu Mesir Hilir di sebelah utara di mana Sungai Nil bermuara.
Diketahui, kedua wilayah ini memiliki ciri yang berbeda. Dari Mesir Hulu prasasti yang ditemukan, penguasanya mengenakan mahkota putih tinggi yang disebut hedjet, sedangkan pada Mesir Hilir penguasanya mengenakan mahkota merah pendek yang disebut deshret.
Selanjutnya, sekitar tahun 3150 SM raja Mesir Hulu Namer, menaklukkan wilayah di bagian utara dan menciptakan sebuah kerajaan besar pertama di dunia dengan ibu kota Memphis. Sejumlah sejarawan menyebut nama Nemes yang menyatukan dua wilayah itu.
Belakangan ahli Mesir asal Inggris Flinders Petrie mengajukan teori yang dapat diterima secara luas. Dikutip dari National Geographic, Flinders mengklaim Narmer dan Menes merupakan orang yang sama. Dia menyebut Narmer atau Menes sebagai firaun pertama dari Dinasti Pertama.
Flinders menjelaskan, Namer adalah nama asli firaun pertama. Sementara Menes merupakan panggilan kehormatan untuknya yang memiliki arti "Dia yang Bertahan".
Dari sejarah di atas, sebutan firaun juga kadang diartikan "Penguasa Dua Wilayah". Namun sebutan firaun tidak lazim digunakan.
Istilah yang paling sering digunakan oleh masyarakat Mesir kuno untuk menyebutkan pemimpinya adalah Raja. Sebutan firaun baru secara konsisten digunakan untuk pemimpin pada masa Kerajaan Baru, yakni pada 1570-1069.
Era ini juga merupakan paling populer dalam sejarah Mesir. Deretan firaun yang paling terkenal dari Dinasti ke-18 ini seperti Hatshepsut, Thutmoses III, Amenhotep III, Akhenaten dan istrinya Nefertiti, dan Tutankhamun.
Selanjutnya, firaun dari Dinasti ke-19 seperti Seti I, Ramses II (Yang Agung), dan Merenptah, dan dari Dinasti ke-20 seperti Ramses III. Pada masa Kerajaan Baru ini juga memunculkan sosok yang dianggap membawa Mesir dalam puncak masa kejayaan dia adalah Rames.
Ramses II memimpin Mesir selama 66 tahun. Ramses II yang hidup pada 1303-1213 SM pun disebut sebagai salah satu tokoh Firaun Mesir paling kuat dan berpengaruh dalam sejarah.
Firaun Mesir Terakhir
Lantas siapa Firaun Mesir Terakhir? Diketahui bahwa Firaun Mesir yang terakhir adalah Cleopatra VII Philopater atau lebih dikenal sebagai Cleopatra dari Dinasti Ptolemaik.
Cleopatra hidup pada 69 SM hingga 30 SM. Dia adalah anak dari Ptolemeus XII Auletes dan Cleopatra V Tryphania.
Dikutip dari ThoughtCo, Cleopatra merupakan seorang perempuan muda yang berpendidikan tinggi. Ia mempelajari tentang medis, filsafat, retorika, dan pidato dengan seorang tutor. Cleopatra juga menguasai berbagai bahasa selain bahasa ibu.
Pemerintahan Mesir jatuh ketangan Cleopatra dan saudara laki-lakinya Ptolemeus XIII, setelah kematian Ptolemeus XII di bulan Februari atau Maret tahun 51 SM. Namun, Cleopatra bergerak cepat untuk mengambil kendali kerajaan.
Hal tersebut memicu pergolakan di Mesir, sehingga Cleopatra harus mengungsi. Lalu Cleopatra menggunakan pengaruhnya untuk mendekati Jenderal Romawi Julius Caesar.
Caesar bersedia membantu Cleopatra menaklukkan Ptolemeus dan menjadi Firaun Mesir dalam usia 21 tahun. Namun usianya tak panjang, dia ditemukan tewas yang disebutkan karena bunuh diri.
Setelah itu, Kekaisaran Romawi mengambil Mesir untuk dijadikan sebagai wilayah jajahan.