Sosok Sultan Hamengku Buwono IX.
SOSOK ISTIMEWA
Pemuda miskin anak petani pulau Rote itu harus menyeberang ke Kupang untuk melanjutkan sekolah SMA nya. Untuk melanjutkan ke SMA bagian B ( ilmu pasti alam) harus ke Jawa, sedangkan pemuda itu terlalu kecil merantau kesana. Jadi cita-citanya untuk jadi Insinyur harus dia pendam, karena di Kupang hanya ada SMA bagian C (sosial ekonomi).
Tamat SMA barulah dia berangkat ke Jawa karena mendapat beasiswa melanjutkan sekolah. Turun dari stasiun setelah naik kereta api malam Surabaya - Yogyakarta, pemuda itu mencari rumah seorang dosen yang berasal dari daerahnya. Untunglah dosen itu setelah didesak bersedia menampung untuk tinggal dirumahnya.
Pemuda itu kemudian menjadi Gubernur IMF untuk Indonesia, gubernur pengganti ADB. Sedangkan Prof. Ir Herman Johanes, dosen yang menampungnya menjadi rektor di universitas tempat pemuda tadi berkuliah.
Dengan tulus pemuda tadi mengakui:
" Yogya telah membentuk saya untuk menjadi orang Indonesia, karena di kota tersebut datang segala macam suku bangsa dari seluruh penjuru Indonesia. Mereka semua bisa bermasyarakat dengan sangat harmonis, tenteram dan damai. Sedangkan Universitas Gadjah Mada yang didirikan oleh Sultan telah membukakan pintu sehingga saya bisa melangkah ke dunia luar setelah menimba ilmu disana. Oleh karena itu, saya tidak pernah bisa membayangkan apa jadinya jika Sultan Hamengku Buwono tidak pernah hadir kepada diri saya?"
Perasaan hormat serta penghargaannya kepada sosok Sultan bisa dia lunasi pada tahun 1992. Adrianus Mooy, Pemuda miskin dari pulau Rote tadi melukiskan: "... waktu itu, secara kebetulan menjelang tahun terakhir masa jabatan saya sebagai Gubernur Bank Indonesia, dengan sengaja saya menampilkan gambar wajah Sultan Yogyakarta dalam mata uang..." Tanda kenangan dari seorang ahli moneter kelas dunia kepada sosok Sultan Hamengku Buwono IX.
Dari buku
SEPANJANG HAYAT BERSAMA RAKYAT
#INDONESIA TEMPOE DOLOE