PENGHULU AHMAD & SULTAN AGUNG MATARAM
KAI PENGHULU AHMAD & SULTAN AGUNG MATRAM
Pada masa Sultan Agung Mataram, ada satu Penghulu Mataram yang bernama Ahmad. Penghulu ini kerap mangkir dari acara-acara Keraton. Bukan itu saja beliau mangkir dengan alasan yang dibuat-buat (Bohong).
Ketika Keraton sedang melaksanakan Slametan Ulang Tahun Sultan Agung, seperti biasa Sultan Agung mengundang penghulunya, yaitu Ahmad, tapi lagi-lagi si Penghulu tidak datang.
Sultan Mengutus seorang Bintara dan dua orang Bupati untuk mendatangkan secara paksa Penghulu Ahmad ke Istana.
Singkat cerita, Penghulu Ahmad berhasil didatangkan ditengah-tengah acara, dan ketika Sultan memerintahkannya untuk mendoakannya dalam akhir acara, lagi-lagi Penghulu Ahmad menolaknya, malah ia menyuruh salah satu Khotib Kerajaan untuk mewakilinya.
Mendapati kelakuan penghulunya yang membangkang, Sultan Agung kemudian murka, ia kemudian mempertanyakannya kepada Penghulu Ahmad mengenai alasannya tidak mau mendoakannya dalam Selamatan, sambil sesekali mengingatkan bahwa Pancung adalah hukuman bagi orang yang membangkang perintah Raja.
Dengan terpaksa kemudian Penghulu Ahmad menjawab “ Jika hamba mendoakan selamatan Kanjeng Sultan semua hidangan tidak dapat dimakan oleh para tamu dan para Abdi akan mendapatkan malu”.
Dengan suara keras, Sultan Agung kemudian berkata lagi “Saya ingin tahu buktinya” Kiai Penghulu kemudian mengangkat sembah dan kemudian mulai berdoa, baru dua kali terdengar ucapan Amin, semua hidangan berubah bentuknya. Sesudah ucapan amin yang ketiga semua hidangan kembali menjadi mentah.
Sultan Agung kemudian merasa heran, karena mengetahui sendiri bukti dan akibatnya mengapa Kiai Penghulu selalu menolak mendoakan setiap kali Slametan. Sultan Agung kemudian menjadi lega dan senang hatinya. Sebab ia sudah yakin Kiyai Penghulu tidak ada niatan berontak. Sang Penghulu kemudian diberi hadiah berupa serban, dodot dan Cundrik.
Kisah di atas dapat anda temui dalam Babad Sultan Agung.