SEJARAH WAYANG KULIT
SEJARAH WAYANG KULIT
KESENIAN INDONESIA YANG MENDUNIA
Wayang kulit adalah bentuk tradisional dari kesenian wayang yang aslinya ditemukan dalam budaya Jawa dan Bali di Indonesia. Narasi wayang kulit seringkali berkaitan dengan tema utama kebaikan melawan kejahatan.
Wayang berasal dari kata "Ma Hyang" yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa.
Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna "bayangan", hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja.
Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh² wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok niyaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para sinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir.
Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.
SEJARAH WAYANG KULIT
Melansir Repository Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) karya Ani Faiqoh, ada perbedaan pendapat di seluruh dunia tentang asal-usul wayang.
Pendapat pertama mengatakan wayang berasal dan lahir di Pulau Jawa, khususnya Jawa Timur.
Pendapat ini dikemukakan para peneliti dan ahli dari Indonesia dan Barat seperti Hazeau, Brandes, Kats, Rentse, dan Kruyt.
Mereka memiliki alasan kuat wayang berasal dari Jawa.
Misalnya, wayang masih sangat erat kaitannya dengan budaya dan agama orang Indonesia, terutama orang Jawa.
Termasuk tokoh pewayangan utama Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.
Masih dari sumber yang sama, sejarah wayang dibagi menjadi delapan zaman sebagai berikut:
1. Zaman Dyah Balitung (898-910 M)
Sejarah wayang pada zaman ini bersumber dari naskah Ramayana Mataram Hindu dalam bahasa Sansekerta, yang berasal dari India, yang ditulis dengan bahasa Jawi Kuno.
2. Zaman Prabu Darmawangsa (991-1016 M)
Sejarah wayang pada zaman ini bersumber dari serat Mahabharata dalam bahasa Sansekerta, yang memiliki 18 bab atau purwa.
Sejarah ini kemudian ditulis menggunakan bahasa Jawa menjadi 9 bab.
3. Zaman Prabu Airlangga (1019-1042 M)
Sejarah wayang pada zaman ini bersumber dari cerita kasusastraan Jawa yang berkembang pesat, yaitu serat Arjunawiwaha yang ditulis Empu Kanwa dan selesai tahun 1030.
4. Zaman Kediri (1042-1222 M)
Perkembangan wayang pada zaman ini dimulai dari Prabu Jayabaya yang mengembangkan seni pedalangan melalui kasusastraan Jawa pada 1135-1157.
Ada juga seorang pujangga Mpu Sedah yang menulis serat Bharatayuda, namun diselesaikan Mpu Panuluh.
5. Zaman Majapahit (1293-1528 M)
Sejarah wayang pada zaman ini bersumber pada serat Centini, yaitu pada zaman awal Majapahit wayang purwa digambar menggunakan kertas Jawa.
Sampai pada masa Raden Sungging Prabangkara yang pandai menggambar dan mendalang dengan cara menyungging atau ditata.
6. Zaman Demak (1500-1550 M)
Pada masa pemerintahan Raden Patah, wayang sudah tidak lagi digambar di atas kain, namun disungging dengan menggunakan kulit kerbau.
Zaman ini, wayang digunakan sebagai media penyebaran agama Islam oleh para wali sebagai media dakwah penyebaran agama Islam.
7. Zaman Pajang (1568-1586 M)
Perkembangan wayang pada zaman ini juga mengalami kemajuan.
Wayang purwa maupun wayang gedhog disempurnakan dengan pemberian pakaian pada wayang.
Misalnya, tokoh ratu memakai mahkota, satria rambutnya ditata rapi, wayang juga sudah memakai celana.
Lalu, Sunan Kudus membuat wayang golek dari kayu, dan Sunan Kalijaga membuat cerita wayang topeng dari wayang gedhog yaitu cerita panji.
8. Zaman Mataram Islam
Pada zaman ini wayang berkembang pesat dan mencapai puncak kejayaannya.
Mulai banyak bermunculan wayang dengan tokoh-tokoh binatang yang disesuaikan zamannya, misal Kerajaan Hindu (zaman Kediri, Singosari, dan Majapahit).
JENIS-JENIS WAYANG
Wayang Purwo, Wayang Pedalangan, Wayang Kaper, Wayang Kidang Kencanan, Wayang Ageng, Wayang Madya, Wayang Klitik, Wayang Beber, Wayang Gedog, Wayang Golek.
Dan berdasarkan bahan² pembuatan serta akulturasi budaya kesenian wayang semakin berkembang dan bermacam² jenisnya antara lain Wayang Suket, Wayang Potehi, Wayang Bambu, Wayang Topeng, Wayang Orang, wayang Gung dan bermacam² jenis wayang lainnya.
Dimana hal ini tentunya ini semakin memperkaya kesenian dan budaya di Indonesia.
JENIS-JENIS WAYANG KULIT BERDASARKAN DAERAH
Wayang Kulit Purwo (Ponorogo), Wayang Kulit Emas (Ponorogo), Wayang Kulit Gagrag Kedu, Wayang Kulit Gagrag Yogyakarta, Wayang Kulit Gagrag Surakarta, Wayang Kulit Gagrag Banyumasan, Wayang Kulit Gagrag Jawa Timuran, Wayang Krucil, Wayang Klitik, Wayang Kancil, Wayang Suluh, Wayang Kulit Bali, Wayang Kulit Banjar (Kalimantan Selatan), Wayang Palembang (Sumatera Selatan), Wayang Betawi (Jakarta), Wayang Kulit Cirebon (Jawa Barat), Wayang Kulit Sasak (Lombok), Wayang Kulit Madura (SANGAT di sayang kan,sudah punah), Wayang Kulit Buntok (Barito Selatan), Wayang Siam (Kelantan, Malaysia)
DAFTAR DALANG WAYANG KULIT LEGENDARIS
Kesenian wayang kulit menghasilkan para Dalang Wayang Kulit legendaris yang dulu sangat dikenal publik tanah air antara lain almarhum Ki Tristuti Rachmadi (Solo), almarhum Ki Narto Sabdo (Semarang, gaya Solo), almarhum Ki Surono (Banjarnegara, gaya Banyumas), almarhum Ki Timbul Hadi Prayitno (Yogyakarta), almarhum Ki Hadi Sugito (Kulonprogo, Yogyakarta), Ki Soeparman (gaya Yogyakarta), Ki Anom Suroto (gaya Solo), almarhum Ki Manteb Soedharsono (gaya Solo), almarhum Ki Enthus Susmono, Ki Agus Wiranto, almarhum Ki Suleman (gaya Jawa Timur), almarhum Ki Sugino Siswocarito (gaya Banyumas).
Sedangkan pesinden yang legendaris adalah almarhumah Nyi Tjondrolukito.
PENGAKUAN DARI DUNIA (UNESCO)
Dilansir dari situs resmi Portal Informasi Indonesia, sejak November 2003, UNESCO secara resmi telah mengakui pertunjukan wayang kulit sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity.
UNESCO mengakui seni mendongeng kuno ini berasal dari Indonesia.
Semoga kesenian ini bersama-sama bisa kita lestarikan..
Dan semoga (pelaku) wayang,tetap ada regenerasi nya dan tentu nya eksis...
Sekian semoga bermanfaat..