CANDI PRAMBANAN
CANDI PRAMBANAN YOGYAKARTA (1893)
Keterangan
Foto asli penemuan kembali candi Tjandi Prambanan tahun 1893 , diambil oleh “Institut Linguistik dan Antropologi Kerajaan Hindia Belanda”.
Candi ini pertama kali dibangun di lokasi tersebut sekitar tahun 850 M oleh Rakai Pikatan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan Balitung Maha Sambu raja Sanjaya dari Kerajaan Mataram. Letusan gunung berapi Gunung Merapi, yang terletak di utara Prambanan di Jawa Tengah, atau perebutan kekuasaan mungkin menjadi penyebab pergeseran tersebut. Hal itu menandai awal kemunduran candi. Ia segera ditinggalkan dan mulai memburuk. Kuil-kuil tersebut runtuh saat gempa besar pada abad ke-16. Meski candi tidak lagi menjadi pusat peribadatan penting, namun reruntuhan yang tersebar di sekitar kawasan tersebut masih dapat dikenali dan diketahui masyarakat Jawa setempat di kemudian hari.
Penduduk lokal Jawa di desa-desa sekitar mengetahui tentang reruntuhan candi sebelum ditemukan kembali secara resmi, namun mereka tidak mengetahui latar belakang sejarahnya. Kuil ini menarik perhatian internasional pada awal abad ke-19. Pada tahun 1811, selama pendudukan singkat Inggris di Hindia Belanda, Colin Mackenzie, seorang surveyor yang melayani Sir Thomas Stamford Raffles, menemukan kuil tersebut secara kebetulan. Meskipun Sir Thomas kemudian memerintahkan survei menyeluruh terhadap reruntuhan tersebut, reruntuhan tersebut tetap terbengkalai selama beberapa dekade. Penduduk Belanda membawa patung sebagai hiasan taman dan penduduk asli desa menggunakan batu pondasi untuk bahan konstruksi.
Penggalian setengah hati yang dilakukan oleh para arkeolog pada tahun 1880-an mengakibatkan penjarahan. Pada tahun 1918, Belanda memulai rekonstruksi kompleks dan restorasi yang layak baru pada tahun 1930.
Upaya restorasi terus berlanjut. Rekonstruksi candi induk Siwa selesai sekitar tahun 1953 dan diresmikan oleh Sukarno. Karena sebagian besar bangunan batu asli telah dicuri dan digunakan kembali di lokasi konstruksi terpencil, restorasi menjadi sangat terhambat. mengingat skala kompleks candi, pemerintah memutuskan untuk membangun kembali tempat suci hanya jika setidaknya 75% dari batu aslinya tersedia. Sebagian besar kuil-kuil kecil kini hanya terlihat pada fondasinya saja, dan tidak ada rencana rekonstruksi.
Sumber : art gallery