BOKI BABOLA
BOKI BABOLA
Boki Babola hidup diperkirakan
pada abad ke-13, dia adalah anak dari Kolano ke-7 yaitu Kolano Seli (bermukim di Gam Mayou Seli) dari Tidore.
Jejak kolano Seli terekam sedikit, bahwa kolano Seli menikah dengan seorang perempuan sawai pedalaman Weda. Hasil perkawinan antara Kolano Seli dan perempuan Sawai melahirkan 6 orang anak, empat anak laki-laki dan dua anak perempuan, keempat anak laki-laki cikal bakal menjadi pemimpin di Toloa gam lamo dan satu anak perempuan yang melahirkan sangaji adat mareku, dan yang satu lagi hijrah ke Galela Halmahera (Soakonora) yang bernama Boki Bola. Keempat anak laki-laki masing-masing Marajabesi, Dukomalamo, Malagapi, dan Marajalus (Baca Annie Nugraha 2017).
Penyebab Hijrahnya Boki Babola ke Galela belum diketahui pasti apa penyebabnya namun dalam tradisi lisan masyarakat menyebutkan Boki Babola Hijrah ke Galela karna mencari saudaranya.
Boki Babola menikah dengan seorang Raja Jailolo yang bergelar Gamar Malamo atau Masyarakat Galela lebih mengenalnya Ahmad Sangaji Jin Makolano.
Boki Babola memiliki 7 anak, empat anak laki-laki dan tiga perempuan yaitu:
Anak Laki-laki
1. Puasa
2. Zainal Abidin
3. Lantera
4. Lahamajojo
Anak Perempuan
5. Saloimaya
6. Darawako
7. Gandapura
Puasa dan Zainal Abidin diangkat oleh kesultanan Ternate sebagai pemegang jabatan imam, sedangkan Lantera dan Lahamajojo diangkat sebagai Kapita Perang.
Nama asli Lahamajojo adalah Ahmad (mengikuti nama ayahnya). Beliau sempat diminta Sultan Baabullah (1570-1583) dari Ternate sebagai duta perdamaian ke Tidore, mengingat ibu beliau termasuk putri Sultan Tidore terdahulu.
Ketika pernikahan dilakukan di Liate (soakonora) Boki Babola dihibur dengan tari Boki (tari putri) serta Tari Tokuwela yang sangat di gemari oleh Boki Babola, tari Boki (tari putri) hanya bisa ditarikan oleh perempuan dari Doku (kampung) Igobula karna mengingat Boki Babola sangat akrab dengan perempuan Igobula.
Tradisi tari Boki ini juga biasa dipentaskan oleh suku Galela yang berada di Morotai desa Wayabula.
"Ketika kami di Morotai kami melihat masyarakat Morotai menarikan Tari Talaga Boki disebuah pumukiman di Wayabula mereka menari dengan lembut, tarian tersebut dilakukan oleh para wanita dewasa" (Boston 1941:14).
Boki Babola sangat dikenal di kalangan masyarakat Galela bahkan pada akhir abad ke-19 dan pada permulaan abad ke-20 ada beberapa kampung yang masih menjagah peninggalan Boki Babola berupa Konde, Cucu Fune serta tempat mandinya (talaga).
Doku (kampung) yang menjaga benda-benda tersebut adalah:
1. Doku Igobula penguasa talaga Boki Babola
2. Doku Toweka penjaga cici konde dari Boki Babola
3. Doku Barataku membantu doku Toweka.
Sebuah Jurnal Antropologi yang terbitkan oleh Institut voor taal-, land- en volkenkunde von Nederlandsch Indië, The Hague pada tahun 1895 pada halaman 214 juga membahas tentang Boki Babola dalam tradisi lisan masyarakat Galela.
Dalam jurnal tersebut menyebutkan bahwa Boki Babola adalah seorang wanita cantik pakiannya dihiasi berbagai perhiasan serta kegemarannya menari dan sering memanjakan dirinya (mandi) di Telaga, dia disebut sebagai Putri Telaga yang dicintai rakyat setempat.
Namun catatan tentang Boki Babola sangat minim ditemukan, hingga akhir hayatnya, tidak dapat diketahui kapan Boki Babola wafat, namun dalam tardisi lisan masyarakat Galela mengatakan bahwa Boki Babola menghilang bersama suaminya akibat peperangan yang terus menerus yang dilakukan oleh kesultanan Ternate. Syuku idala-dala!
Narasi oleh: Muhammad Diadi
Ket. Lukisan: Seorang Wanita bersama anaknya yang sedang bermain dengan seekor Burung peliharaannya di Galela Halmahera Utara, 1683–1687.