Filosofi Tampah
Filosofi Tampah
* Tampah adalah semacam ayakan atau alat penyaring yang terbuat dari bambu. Fungsi utamanya adalah untuk mengayak beras. Alias memisahkan beras gabah yang bagus dengan yang kopong (tidak berisi).
* Konon, istilah tampah berasal dari kata 'tampa' yang artinya adalah menerima. Penamaan ini mewakili filosofi orang Jawa untuk menerima apapun pemberian ilahi (nerima ing pandum).
* Selain beras, bahan pangan lain yang perlu disaring atau diayak adalah kacang hijau. Dengan diayak, maka gabah-gabah yang kosong atau tidak berisi beras akan terpisah jatuh.
* Disamping sebagai pengayak bahan pangan, piranti tradisional ini dipakai juga sebagai wadah secara umum. Misalnya untuk meletakkan tumpeng atau hidangan- hidangan lain dalam perayaan adat Jawa.
* Intinya, tampah merupakan perangkat yang cukup luas untuk menjadi wadah segala sesuatu. Baru kemudian segala sesuatu ini dipilah, dipisah atau disaring antara baik dan buruknya.
* Belajar dari Tampah
sebagai benda yang berfungsi utama sebagai penyaring, beberapa hal yang dapat kita pelajari dari tampah antara lain :
1. Untuk menyaring hal baik dari hal buruk, kita memerlukan alat. Alat ini bisa berupa benda, orang-orang tertentu yang kita jadikan panutan, atau pengalaman hidup secara umum.
2. Segala sesuatu yang buruk tidak ubahnya seperti gabah kosong yang tidak berisi. Bobotnya ringan, mudah terbawa angin. Sedangkan hal baik adalah hal-hal yang memiliki manfaat dalam hidup kita.
3. Agar dapat menyaring lebih banyak, diperlukan wadah yang lebih besar pula. Dengan demikian kita sebagai manusia memerlukan kelapangan hati. Sebab dengan hati yang lapang kita dapat menyaring lebih banyak persoalan kehidupan.
4. Tidak semua orang tahu cara mengayak beras. Butuh tehnik atau keahlian dalam melakukannya. Tehnik atau keahlian ini ibarat ilmu pengetahuan, yang dalam kehidupan sehari-hari kita butuhkan sebagai cara untuk menyaring kebaikan.
5. Beras tidak dapat diayak tanpa hembusan angin semilir. Dalam proses penyaringan nilai-nilai kehidupan, kita membutuhkan bantuan pihak lain. Tidak harus besar, selama cukup untuk membuat kita jelas tentang mana yang benar dan mana yang salah.
Seperti itulah indahnya budaya dan tradisi. Bahkan dari hal-hal kecil dan sederhana yang kerap terlewatkan mata, ternyata kita bisa memetik pelajaran juga.
Rahayu ????