PERSEKUTUAN TIGA JAGOAN BATAVIA ABAD KE 17
PERSEKUTUAN TIGA JAGOAN BATAVIA ABAD KE 17
Untuk memperkuat kedudukan politiknya di Batavia, Arung Palakka membangun persekutuan bersama dua tokoh Batavia yaitu pria Belanda bernama Cornelis Janszoon Speelman, dan seorang Ambon yang perkasa bernama Kapiten Jonker. Ketiganya membangun persekutuan rahasia dan memegang kendali atas VOC pada masanya, termasuk monopoli perdagangan emas dan hasil bumi. Batavia di abad ke-17 demi pencapaian tujuan, segala cara akan dilakukan termasuk kekerasan sekalipun. Di masa Gubernur Jenderal Joan Maetsueyker, kekerasan adalah senjata ampuh untuk memperkokoh kedudukan VOC di nusantara.
Speelman adalah petinggi VOC yang jauh dari pergaulan VOC. Dia tersisih dari pergaulan karena terbukti terlibat dalam sebuah perdagangan gelap saat masih menjabat sebagai Gubernur VOC di Coromandel tahun 1665. Arung Palakka adalah pangeran Bone yang hidup terjajah dan dalam tawanan Kerajaan Gowa. Dia memberontak dan bersama pengikutnya melarikan diri ke Batavia. VOC menyambutnya dengan baik dan memberikan daerah di pinggiran Kali Angke, hingga serdadu Bone ini disebut To Angke atau orang Angke. Sedang Kapiten Jonker adalah seorang panglima yang berasal dari Pulau Manipa, Ambon.
Tiga tokoh ini yaitu Speelman, Arung Palakka dengan pasukan Bugis, dan Kapiten Jonker dengan pasukan Maluku (Ambon) telah menaklukan Nusantara di Barat (Sumatera), Tengah (Jawa), dan Timur (Sulawesi). Mereka punya andil besar untuk mengantarkan VOC pada puncak kejayaannya pada masa Gubernur Jenderal Joan Maetsuyker. Tidak heran kalau ketiga tokoh ini menjadi tulang punggung kekuatan VOC pada masa itu. Masing-masing mempunyai pasukan dengan kekuatan besar yang loyal dan berani mati.
Hal inilah yang menyebabkan Maetsueyker tidak berani menolak permintaan ketiganya, tanpa ketiga orang ini VOC hanya mengandalkan tentara multibangsa dengan loyalitas rendah.
Cornelis Speelman adalah tokoh yang piawai dalam menjalankan politik adu domba atau devide et impera. Pangeran Hasanuddin, Sultan Haji dan Amangkurat II tumbang karena hasutan Speelman. Bersama Arung Palakka Speelman melawan Sultan Hasanuddin, dan memaksa Sultan Hasanuddin menandatangani perjanjian Bongaya, perjanjian yang sangat merugikan Kesultanan Gowa.
Selanjutnya Speelman berekspansi ke tanah Jawa.Bersama Kapitan Jonker mereka membantu Amangkurat II untuk menumpas pemberontakanTrunojoyo. Bantuan penuh digelontorkan Speelman pada Amangkurat II. Tak sia-sia, Amangkurat II berhasil memukul mundur pemberontakan Trunojoyo. Namun, Amangkurat II harus merelakan wilayahnya dikuasai VOC. Begitu pula yang terjadi dengan Sultan Haji. Beberapa wilayah Banten jatuh dalam kekuasaan VOC berkat akal licik Speelman.
AKHIR KARIR SPEELMAN, KAPITAN JONKER DAN ARUNG PALAKKA
Selama dipimpin oleh Speelman VOC mengalami kerugian besar. Penjualan tekstil mereka selama tahun 1681 hingga 1684 menurun drastis sampai 90 persen. Para pedagang swasta mulai berani mengganggu monopoli yang dilakukan VOC. Bahkan monopoli opium tidak berjalan dengan efektif.
VOC sudah menyita sebagian harta benda yang dimiliki oleh Speelman. Tapi sayangnya Speelman yang cerdik sudah mengantisipasi hal tersebut lebih dulu, sehingga berhasil melarikan sebagian hartanya ke Negeri Belanda. Speelman sendiri meninggal di Batavia pada tanggal 11 Januari 1684 karena penyakit yang dideritanya. Ternyata kebiasaan korupsi di VOC tidak terbatas pada Speelman, hampir seluruh pengurus VOC berbagai level terlibat dalam korupsi besar-besaran yang akhirnya menyebabkan VOC gulung tikar pada tahun 1799.
Sementara Kapiran Jonker Setelah Gubernur Jendral Cornelis Speelman pada tahun 1684 meninggal dunia, pengaruh Jonker yang terlalu besar menimbulkan rasa tidak suka dari pimpinan VOC di Batavia saat itu, yaitu Isaac de l’Ostale de Saint Martin. Jonker dianggap tidak bisa dikendalikan. Kekuasaan Jonker mulai dikurangi, dan seorang Kapitan Buleleng keturunan Bali yang bekas budak Jonker diperintahkan VOC untuk memisahkan kelompok perkampungan dari pasukan Jonker berdasarkan suku-suku mereka. Puncak konflik yang terjadi ialah pada tahun 1689, yaitu Jonker dituduh akan memberontak dan terjadinya pertempuran antara Jonker dan pengikutnya di Pejongkoran melawan pasukan VOC dan pendukungnya. Di sekitar Sungai Marunda, Jonker dan pengikutnya terkepung dan ditembaki pasukan VOC. Letnan Holcher pun berhasil membacok leher jonker dengan pedangnya pada 24 Agustus 1689.
Sementara itu pada akhir abad 17, kondisi kesehatan Arung Palakka menurun sehingga tidak bisa menjalankan aktivitas seperti biasanya. Kesehatan Arung Palakka terus menurun meskipun sudah mendapat pengobatan dari dokter, dan tepat tanggal 6 April 1696 ia meninggal dunia dan dimakamkan berdampingan dengan Karaeng Pattingaloang di daerah Bontobiraeng. La Tenritatta Arung Palakka dimakamkan di Bontobiraeng wilayah Kerajaan Gowa sesuai dengan pesan/wasiat yang ditinggalkan sebelum meninggal dunia dan juga adanya hubungan kekeluargaan yang terjalin antara Arung Palakka dan Sultan Hasanuddin, dimana istri kedua Arung Palakka yaitu Imengkawani Daeng Talele adalah adik dari Sultan Hasanuddin. Selain itu, sekaligus sebagai fakta bahwa antara Gowa dan Bone sudah tidak ada perselisihan.
Noted : data diambil dari berbagai sumber
Keterangan gambar searah jarum jam Arung Palakka, Kapitan Jonker dan Cornelis Speelman