Siklus Hidrologi

Air hujan yang turun dari langit, sebaiknya memang harus banyak yang meresap ke dalam tanah guna mengurangi limpasan air permukaan (memperkecil run off) dan mempertahankan ketersediaan air tanah. Namun, jika kondisi daerah tangkapan air hujan mengalami perubahan/gangguan, seperti misalnya berubah menjadi wilayah perkotaan (anggap saja dengan koefisien 0,7 - 0,9), artinya 70 - 90% air hujan akan mengalir sebagai aliran permukaan, tentunya  dengan nilai sebesar itu, maka penanganan air hujan tidak bisa hanya sekedar mengandalkan sumur resapan. Dan perlu diingat, bahwa akhir dari perjalanan air hujan dari daratan adalah menuju ke laut (Sunnatullah).

Mari kita tilik kembali pelajaran sekolah tentang Siklus Hidrologi.

Siklus hidrologi merupakan sirkulasi air dari bumi ke atmosfer dan dari atmosfer kembali lagi ke bumi. Sirkulasi melalui beberapa tahapan proses, yakni penguapan (evavorasi & transpirasi), pengembunan (kondensasi) dan hujan (presipitasi). Air hujan yang turun sebagian meresap (infiltrasi) ke dalam tanah atau melalui celah bebatuan dan sebagian besar akan mengalir ke sungai, danau, rawa dan kawasan penyangga air lainnya. Karena ini siklus air, sebagian besar pula akan kembali ke lautan sebagai penampungan terakhir air yang berasal dari daratan (karena penguapan terbesar juga terjadi di lautan). Begitu seterusnya (siklus), dan ini adalah Sunnatullah. Jika daya dukung lingkungan sudah banyak bermasalah karena akibat ulah tangan manusia, maka air hujan akan mengalir bukan pada jalur/wadah semestinya dan tentunya akan menjadi bencana hidrometeorologi yang akan terus mengancam setiap musim penghujan tiba.

Wallahu a'lam.