HARAMNYA MENYERUPAI NON MUSLIM

DILARANG MENIRU AKIDAH, IBADAH,

AKHLAK DAN MUAMALAH ORANG² KAFIR.


Bissmillah, Assalamualaikum...

Mercy and blessings of Allah be with you.


Diriwayatkan dari Abu Sa'id bahwa Nabi ? bersabda, "Kalian pasti akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta hingga seandainya mereka manempuh (masuk) ke dalam lubang biawak kalian pasti akan mengikutinya." Kami bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang baginda maksud Yahudi dan Nasrani?" Beliau menjawab, "Siapa lagi kalau bukan mereka." (Shahih Bukhari No. 3197)


Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, ia berkata, "Kalian adalah orang-orang yang paling mirip dengan Bani Israil, tabiat dan gaya hidup mereka. Kamu pasti akan meniru perbuatan mereka ibarat bulu di kedua sisi anak panah. Hanya saja aku tidak tahu apakah kamu sekalian akan turut menyembah anak sapi atau tidak?" (Al Iqtidha', Hal. 87)


Hadits dari Ibnu Umar pada gambar di atas adalah peringatan dari Nabi ? kepada umatnya agar tidak menyerupai orang-orang kafir khususnya kaum Yahudi dan Nasrani. Tulisan ini saya buka dengan hadits dari Abu Sa'id dan atsar dari Ibnu Mas'ud karena di zaman sekarang ternyata sangat banyak umat muslim yang menyerupai perbuatan orang-orang kafir, kebanyakan yang meniru mereka adalah kelompok ahlul bid'ah.


Orang kafir merayakan tahun baru masehi, kalian ikut-ikutan membuat acara perayaan tahun baru hijriyah. Orang kafir merayakan hari raya Natal, kalian ikut-ikutan membuat acara perayaan Maulid Nabi ?. Orang kafir merayakan kenaikan Yesus Kristus, kalian ikut-ikutan membuat acara perayaan isra mi'raj. Orang kafir berlebihan terhadap kuburan orang-orang shaleh, kalian juga ikut-ikutan.


Orang kafir berdalil menggunakan mimpi dan kesaksian palsu (khurafat), tokoh-tokoh muslim jaman sekarang juga mulai ikut ikutan berdalil dengan mimpi dan khurafat. Orang kafir merayakan ulang tahun, kalian ikut merayakan ulang tahun. Orang kafir beribadah di iringi musik, kalian ikut-ikutan beribadah di iringi musik dengan syubhat musik islami. Contoh : pembacaan ayat Al Quran di iringi alat musik, dzikir di iringi musik dan yang paling ngeri adalah DJ sholawat remix full bass. Subhanallah:(


Mari kembali ke jalannya para salafush shaleh. Orang-orang Yahudi dan Nasrani serta Majusi, kala itu masih tinggal di banyak wilayah kaum muslimin, meski dengan membayar jizyah. Mereka biasa merayakan hari-hari raya mereka. Hal itu membawa dampak bahwa sebagian yang mereka lakukan itu banyak mempengaruhi jiwa kaum muslimin. Namun nyatanya, tak ada seorangpun dari kaum muslimin pada generasi as-salaf yang ikut terlibat dalam perayaan mereka itu. Beda dengan zaman sekarang, banyak umat muslim malah ikut-ikutan dan menyerupai perbuatan mereka.


Allah ? berfirman, "Dan janganlah kamu menjadi menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat, pada hari itu ada wajah yang putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram. Adapun orang-orang yang berwajah hitam muram (kepada mereka dikatakan), 'Mengapa kamu kafir setelah beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu." (QS. Ali Imran: 105-106)


Ibnu Abbas berkata, "Wajah yang putih berseri' dalam ayat tersebut adalah ahlus sunnah wal jamaah sedangkan 'wajah yang hitam muram' adalah ahli bid'ah dan firqah." (Kaidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, Hal. 15)


Diriwayatkan dari Amru bin Syu'aib dari Ayahnya dari kakeknya, bahwa Rasulullah ? bersabda, "Bukanlah termasuk golonganku orang yang menyerupai (mengikuti) dengan selain kami. Janganlah kalian menyerupai orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani. Sesungguhnya salamnya orang-orang Yahudi adalah memberikan isyarat dengan jari tangan, sementara salamnya orang-orang Nasrani adalah memberikan isyarat dengan telapak tangan." (Sunan Tirmidzi No. 2619)


Imam Ibnu Taimiyah berkata, "Telah kita sebutkan dalil-dalil dari Al-Kitab, As-Sunnah, Ijma, atsar-atsar dan qiyas, yang kesemuanya menunjukkan bahwa tasyabbuh diri dengan mereka secara garis besar dilarang. Sebaliknya, membedakan diri dari tata cara hidup mereka adalah disyariatkan. Bisa jadi wajib, mungkin juga disunnahkan, tergantung situasi dan kondisi." (Al Iqtidha', Hal. 332)