PENUMPASAN PARA PEMBANGKANG
PENUMPASAN PARA PEMBANGKANG
Tidak lama setelah Pajajaran melantik Pangeran Surawisesa menjadi Raja baru di Pajajaran (1521), Adik Sang Maharaja yang menjadi Pucuk Umun di Banten Girang memberontak.
Pemberontakan tersebut didukung oleh 15 Raja Bawahan lainnya di seluruh Pajajaran. Prabu Surawisesa yang bijaksana kemudian mengultimatum para Pembangkang itu agar kembali ke Pangkuan Negara Pajajaran. Tapi ultimatum itu ditolak.
Dengan terpaksa, Prabu Surawisesa mengerahkan tentaranya untuk melakukan Penumpasan pada Pra Pembangkang. Misi Penumpasan dipimpin langsung oleh Sang Maharaja.
Satu persatu dari 16 Negeri bawahan Pajajaran itu ditundukkan, para Pucukumunnya di tangkap dan kemudian diadili, banyak nyawa yang melayang pada masa Perang saudara ini.
Pada lain sisi, Para Pejabat dan Kerabat Kerajaan dari 16 Negeri-Negeri Pajajaran itu banyak yang lolos, mereka melarikan diri, salah satu Negeri yang dituju adalah Negara Cirebon.
Di Negara Cirebon, para pelarian yang selamat itu salah satu diantara mereka dihadapkan kepada Sunan Gunung Jati.
Dihadapan Raja Cirebon itu, para pelarian menceritakan mengenai sebab musabab kenapa mereka memberontak dengan pajang lebar dan detail, Sunan Gunung Jati yang mendengar cerita dari pelarian itu mukanya memerah, beliau sangat marah.
"Rupanya Paman Surawisesa sudah kebablasan, Kebijakannya dalam memerintah Negara Jelas akan membahayakan Negara kita" Begitu kira-kira Ucapan Sunan Jati selepas menanggapi uraian dari sang Pelarian.
Tidak lama setelah itu, Sunan Gunung Jati memanggil salah satu Panglimanya, kemudian memerintahkan agar segera mengirimkan Surat yang ia buat, surat itu ditujukan Kepada Sunan Giri dan Sultan Demak. Si Panglima yang diperintah itupun kemudian Melesat dengan Kudanya menuju Demak dan Giri.