Nyimas Pakungwati

Nyimas Pakungwati

( Dewi Pakungwati/ 


Lahir : ?

Istri ke - 3 Sunan Gunung Jati

Orang Tua : ?Walangsungsang / / Sri Mangana (Pangeran Cakrabuwana), ? Nyi Mas Endang Geulis / Nyi Mas Endang Ayu.

Saudara :  ? Nyai Jamaras, ? Nyai Mertasinga, ? Nyai Cempa, ? Pangeran Caruban / Pangeran Cirebon, ? Nyai Rasamalasih, ? Nyai Jatimerta, ? Nyai Laraskonda, ? Nyai Lara Sajati.

Suami : ?Sunan Gunung Jati / Maulana Syarif Hidayatullah Al Azmatkhan Al Husaini (Muhammad Nuruddin/Sri Mangana).

Wafat : Istana Pakungwati, Cirebon, Jawa Barat 1549 M

Makam : Asatana Nyi Mas Ratu Pakungwati, 7C5P+F2R, Warujaya, Kec. Depok, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat 45653.


Keterangan : 


NYI MAS PAKUNGWATI merupakan anak pertama dari pasangan Pangeran Cakrabuana dengan Ny Mas Endang Gelis. Nyimas Endang Gelis sendiri merupakan anak dari seorang tokoh yang cukup terpandang bernama Ki Danuwarsih.   


Dalam perjalanan cintanya mereka dianugrahi 1 orang anak bernama Nyi Mas Pakungwati, . Nama Pakungwati memiliki arti yang unik dalam bahasa Cirebon memiliki arti udang betina. Dinamakan Pakungwati karena Pangeran Cakrabuana ingin mengabadikan sejarah terasi pada anak pertamanya. Ia merupakan penemu terasi dimana salah satu bahan utama pembuat terasi adalah udang sehingga dinamailah Nyi Mas Pakungwati.


Kepiawaian Pangeran Cakrabuana dalam mengolah terasi menjadikan kota Cirebon hingga kini mendapat julukan kota udang dan dikenal sebagai penghasil terasi terenak. Kisah tersebut tertuang dalam naskah Purwaka Caruban Nagari. Kisah ini bermula pada tahun 1477 M setiap Pagi Pangeran Cakrabuana memiliki kebiasaan mencari udang. Pangeran Cakrabuana pun berfikir bagaimana caranya agar udang yang melimpah di Kebon Pesisir dapat dimanfaatkan. Pangeran Cakrabuana pun berinisiatif mengolahnya hingga akhirnya ia berhasil menciptakan terasi. Ia pun mengajarkan keahliannya kepada masyrakat untuk membuat terasi. Dalam perkembangannya bekas olahan rebusan udang pun dapat diolah kembali menjadi bahan makanan yang dinamai petis.


Hingga pada akhirnya banyak yang berdatangan ke Kebon Pesisir untuk membeli terasi dan petis. Pesatnya perkembangan terasi dan petis tak sedikit yang datang ke sana memutuskan untuk bermukim di Kebon Pesisir. Terasi dan petis digunakan untuk bumbu penyedap makanan. Saat itu belum ada penyedap rasa sehingga terasi dan petis menjadi primadona bumbu masak.


Penduduk Kebun Pesisir yang semula hanya berasal dari penduduk setempat lambat laun jumlahnhya kian bertambah dan terdiri dari beragam etnis diantranya: Jawa, Sunda, Melayu, Bugis, Cina, dan India. Kedatangan bangsa Cina ke Kebon Pesisir bersamaan dengan Laksamana Cheng Ho. Kedatangan Laksamana Cheng Ho selain menyebarkan agama Islam di Nusantara, ia juga bermaksud melakukan pertukaran komoditas Cirebon dengan Tiongkok. Laksamana Cheng Ho kemudian membawa terasi saat pulang ke negerinya.


sejarahnusantara GenerasiMudaNU