Raja Blambangan MENAK PANGSENG ( 1531 - 1546 )
MENAK PANGSENG ( 1531 - 1546 )
Ditulis oleh : Warisan Adiluhung Blambangan
Menak Pangseng adalah raja Blambangan yang ke IV yang menempati Kedhaton di Lamajang, dan merupakan saudara dari Menak Supethak yang menjadi Adipati di Keniten.
Menak Pangseng adalah putera dari Menak Pentor yang sebelumnya menjabat sebagai raja Blambangan ke III.
Pada tahun 1531, Menak Pentor menyerahkan tahta kekuasaan Blambangan kepada puteranya Menak Pangseng dan beliau Madeg Pandito menjadi seorang pertapa di Gunung Gambir ( sumberbaru, Jember )
Sebelumnya telah diceritakan bahwa Menak Gadru Adipati Patukangan telah berkomplot dengan Portugal dan menyatakan lepas dari kekuasaan Blambangan, serta mengijinkan Portugal mendirikan Padrao di Patukangan. Mendengar hal tersebut, Menak Pangseng merasa khawatir jika suatu saat nanti pasti Patukangan akan menyerang Blambangan dengan bantuan Portugal.
Menak Pangseng segera menghubungi Sultan Trenggono di Demak guna menggempur Patukangan dan mengusir Portugal dari Patukangan. Pasukan Demak juga diijinkan untuk membangun basis kekuatan di daerah Pasuruhan yang dekat dengan Patukangan dan merupakan wilayah Blambangan yang dipimpin oleh Menak Supethak, saudara kandung Menak Pangseng.
Pada tahun 1532, Portugal yang memiliki pangkalan di Salembo dibawah kepemimpinan Francisco de sa segera memindahkan seluruh pasukannya ke Patukangan untuk menjadikan Patukangan dan raja Patukangan sebagai benteng pertahanan dari serangan-serangan raja-raja Jawa.
Sistem monopoli perdagangan yang dijalankan oleh Portugal membuat perekonomian di pelabuhan-pelabuhan pesisir utara utamanya daerah Pajarakan dan Panarukan menjadi kacau.
Tahun 1541, pasukan Demak yang dipimpin oleh Sultan Trenggono segera menyerang Patukangan yang saat itu dibantu Portugal dengan persenjataan yang lengkap, hal ini membuat pasukan Demak mundur dan mempersiapkan kembali serangan balasan.
Sementara itu, Blambangan digempur oleh pasukan Portugal yang mulai merangsek kedalam Kedhaton melalui gerbang utara. Kejadian ini membuat Menak Pangseng dan seluruh kerabat istana Blambangan menyelamatkan diri ke daerah Puger.
Pada tahun 1546, Sultan Trenggana mengumpulkan pasukan bala bantuan dari Balitar, Mamenang, dan Sengguruh di Pasuruhan. Tak lama kemudian Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati datang bersama Fatahillah membawahi pasukan gabungan dari Banten, Sunda Kalapa, Cirebon dan Sumedang untuk membantu mengusir Portugal dari Patukangan.
Kedhaton Patukangan telah di kepung selama tiga bulan namun belum ada hasilnya merebut Patukangan dan mengusir Portugal.
Ketika Sultan Trenggono bersama para Adipati-adipati gabungan sedang mengadakan rapat guna membahas tentang strategi perang untuk menaklukkan Patukangan, seorang pelayan makanan tiba-tiba menusuk dada Sultan Trenggana dengan pisau yang disembunyikan dibalik bajunya. Peristiwa itu membuat Sultan Trenggana tewas seketika di tempat.
Kejadian itu ditulis oleh seorang misionaris bernama Fernandez Mendez Pinto yang ikut dalam rombongan pasukan Banten.
Setelah kematian Sultan Trenggana, semua pasukan gabungan Demak ditarik mundur untuk kembali ke daerahnya masing-masing. Sementara itu, tahun 1546 Menak Pangseng yang sedang berada di Puger mangkat. Raja Blambangan ke IV itu dimakamkan di desa Kucur.
Sumber :
Babad Sembar
Pustaka rajya Blambangan
Suma oriental
Catatan Mendez Pinto
Suluh Blambangan_1