Tradisi Menginang pada Masa Majapahit
Tradisi Menginang pada Masa Majapahit, Ikhtiar Merawat Gigi hingga Menyegarkan Napas
KEBIASAAN menginang ada sejak zaman Majapahit. Pada era 1400-an masehi itu, masyarakat Jawa sudah biasa mengunyah pinang dengan daun sirih dan limau. Dilakukan kala senggang, nginang menjadi cara merawat gigi, menyegarkan napas, hingga menangkal rasa lapar.
Kebiasaan penduduk Nusantara mengonsumsi sirih dan pinang disebut-sebut sudah berlangsung sebelum era Kerajaan Majapahit. Secara umum terdapat tiga unsur utama bahan kinang. Yakni pinang, daun sirih, dan kapur sirih (injet).
Sejarah tradisi yang juga dikenal dengan nama nyirih ini setidaknya tercatat dalam sebuah relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9), Klaten, Jawa Tengah. Pahatan itu menggambarkan tempat sirih dan tempat meludah atau dubang dengan seseorang sedang mengunyah di sampingnya.
Gambaran ini menjadi petunjuk tradisi menginang telah dilakukan masyarakat Jawa Kuno. Hal ini juga dibenarkan oleh Budayawan Mojokerto Putut Nugroho. Menurutnya, mengunyah sirih berkaitan dengan upaya menjaga kesehatan gigi.
Ref : https://www.google.com/amp/s/radarmojokerto.jawapos.com/sejarah-mojopedia/amp/823701705/tradisi-menginang-pada-masa-majapahit-ikhtiar-merawat-gigi-hingga-menyegarkan-napas