Mengenal Tarian Klasik Istana Bima

Mengenal Tarian Klasik Istana Bima


Oleh : Alan Malingi


Sebagai sebuah kerajaan yang pernah eksis sejak abad XIV, Bima memiliki warisan seni budaya klasik yang hidup dan berkembang di kalangan istana. Tarian klasik istana Bima dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok Tari Perempuan atau Mpa’a Siwa dan Tari laki-laki atau Mpa’a Mone. Tari Perempuan terdiri dari Lenggo Siwe (lenggo Mbojo), Toja, Lengsara, Katubu dan Karaenta.Sedangkan Tarian lelaki yaitu Kanja, Sere, Soka, manca, Lenggo mone (lenggo melayu) dan Mpa’a sampari. Tarian laki-laki sangat atraktif dan berupa adu ketangkasan karena dilatarbelakangi suasana perang menghadapi musuh dan penjajah. Sedangkan tarian perempuan gerakannya lemah lembut dan sangat lamban karena dipersemhakan untuk menyambut tamu-tamu istana.


Tarian-tarian tersebut ada yang masih eksis dan ada juga yang sudah hilang dari peredaran. Tarian klasik istana yang masih tetap digelar hingga saat ini adalah Lenggo yang dimainkan pada setiap upacara Hanta UA PUA, Lensara, Tari Sampari, Sere, Soka dan Manca. Sedangkan Katubu, Toja, karaenta, dan kanja sudah lama tidak dimainkan. Terhadap persoalan ini, maka Majelis Adat Dana Mbojo dan Lembaga Kesultanan Bima perlu menggelar kembali tarian- tarian tersebut sebagai upaya pelestarian seni music dan tari klasik yang pernah dimiliki oleh Istana Bima.


Selamat Hari Tari