Nama DOMPU dan BIMA
NAMA DOMPU DAN BIMA
Bunga rampai dari berbagai sumber
Gajah Mada menyebut Dompu pada abad 14, menurut Professor Helius Sjamsuddin, 2015 : 43-44 dalam buku Memori Pulau Sumbawa, menunjukkan daerah Dompu sudah dikenal sampai pulau Jawa, sebagai sebuah negara (kerajaan) dan tentu saja dengan masyarakat pendukungnya.
Nama Bima, menurut Henri Chambert-Loir, 2004 : 69 dalam buku Kerajaan Bima Dalam Sastra Dan Sejarah, adalah nama asing yang diberikan orang asing (rupanya dari Jawa) pada abad 14 atau lebih awal. Demikian pun menurut tulisan Abdullah Tajib, BA., 1995 : 42 dalam buku Sejarah Bima Dana Mbojo. Nama Bima dipergunakan untuk mengabdikan nama Sang Bima, yang adalah tokoh sejarah daerah Bima yang berasal dari luar daerah. Sang Bima dinyatakan sebagai raja pertama di daerah ini, dan keturunan Sang Bima mempunyai hak sah atas tahta kerajaan secara turun temurun. Wilayah yang dikuasai Sang Bima, disebut dengan nama kerajaan Bima. Lebih jelasnya pada halaman 54, Abdullah Tajib menyimpulkan, bahwa Sang Bima adalah seorang bangsawan Jawa, langsung atau tidak langsung dari bagsawan Majapahit dan dari raja-raja sebelumnya.
Sehingga jika dibandingkan asal dari nama Dompu dan Bima, Dompu berasal dari nama lokal yang telah dikenal sampai pulau Jawa, sedangkan Bima adalah nama asing yang diberikan oleh orang asing untuk sebuah kerajaan yang sama-sama berlokasi di pulau Sumbawa bagian timur dengan kerajaan Dompu. Henri Chambert-Loir pada halaman 72 buku Kerajaan Bima Dalam Sastra Dan Sejarah, menyebut masyarakat kedua kerajaan dengan istilah "penduduk pulau Sumbawa bagian timur", pada abad 14, terbagi menjadi dua kerajaan, yaitu Dompu dan Bima.
Hal penting yang berkaitan dengan penamaan tersebut yang sampai saat ini masih menjadi polemik antara Dompu dan Bima adalah hal kebudayaan, terutama bahasa.
Jika hanya mempertimbangkan pada asal usul nama, maka nama lokallah yang lebih tepat untuk dipilih. Namun pertimbangannya bukan hanya pada asal usul nama, namun juga pada segi kesejarahan antara keduanya, bahwa masyarakat Bima berhak untuk menentukan nama apa yang dipilih untuk penamaannya, demikianpun bagi masyarakat Dompu. Terlebih lagi masyarakat pendukung kedua kerajaan telah melekat dengan identitas masing-masing, yaitu sebagai dou 'Dompu dan dou Mbojo.
Istilah kata Mbojo pun menurut salah satu versi asal katanya adalah 'bojo' (bahasa Jawa). Hal ini pun menunjukkan kata asing yang berasal dari Jawa. Sehingga kesimpulannya nama Bima ataupun Mbojo adalah kata asing yang diberikan oleh orang asing kepada kelompok masyarakat yang mirip atau asalnya serumpun dengan orang Dompu atau dou 'Dompu (Domponese). Dan satu hal penting yang menjadi catatan adalah, berdasar tulisan Abdullah Tajib, bahwa sang Bima yang membentuk kerajaan Bima itu berasal dari Majapahit, sesuai catatan sejarah Dompu bahwa Majapahit datang ke pulau Sumbawa bagian timur adalah untuk eksekusi agenda politik Gajah Mada menundukkan Dompu. Demikian hal yang sama yang disampaikan oleh Prof Agus Aris Munandar saat diundang menjadi narasumber di Bima, bahwa Majapahit menundukkan Dompu mendirikan Bima.
Demikian menurut beberapa literasi sejarah Dompu dan Bima.